#1MugBeras

Peduli Rokatenda

Senin, 28 Januari 2019

Masih Bisa Dilawan - Gelap

My Bestfriend is My suicidal thoughts.

Sampai hari ini, saya berterima kasih kepada diri sendiri juga kepada Kenangan-kenangan baik dan manis oleh semesta yang sudah sangat sering menyelamatkan saya dari pemikiran-pemikiran untuk bunuh diri.

Kali ini saya bercerita saja, tidak mau bicara banyak soal menanggulangi suicidal thoughts. Karna, sudah saya bahas sebelumnya.




Flashback ke Desember 2015.
Saya sedang menjalani hubungan dengan seseorang, rasa-rasanya seperti dicekik mau mati.
Setiap malam menangis, mencoba untuk tetap bisa berpikir alasan kuat apa yang bisa buat saya bisa bertahan hidup, saya jatuh hati dengan orang yang salah. Orang yang hanya ingin bersenang-senang. Setiap malam, isi chat kami isinya saling mengiyakan, tapi tidak pernah diwujud nyatakan. Setiap malam, dengan posesif saya menanyakan dimana dia, sedang apa juga bersama siapa. Setiap malam juga alasannya tidur, capek tapi pada kenyataannya dia sedang berada di club. Minum-minum. Bersenang-senang.

Setelah, seminggu mengalami kesakitan karna terus memikirkan apa yang dilakukan oleh orang ini. Saya diputuskan karna dia merasa bahwa saya terlalu mengekang. Saya terima. Tidak.
Karna kami berdua tinggal bersama, saya selalu menunggu orang ini pulang, jika batang hidungnya sudah ada di depan mata. Kami berkelahi.
Pada akhirnya, dia muak. Dan selingkuh.
Tanggal 18Desember 2015 saya pulang kerja pagi dan memutuskan untuk memotong rambut sependek leher, dan ketika melihat gunting dan leher saya memikirkan bagaimana kalau saya mati. Bagaimana kalau orang ini melihat saya di rumah sakit, apa dia akan kembali ke pelukan saya dan saya bisa mendapatkan 7bulan kisah percintaan yang lucu dan manis itu?
Ketika gunting sudah begitu dekat sekali dengan leher saya, bahkan sudah lecet. Pintu kamar kost saya diketuk. Salah satu teman saya disitu. Ada di depan pintu, dan masuk dan melihat saya berusaha untuk bunuh diri. Kebiasaan tidak menutup pintu membuat rencana saya bunuh diri tidak terjadi.
Teman saya membanting saya ke tempat tidur, dan hampir mau menampar saya yang sedang menangis.
Dengan lama, dia menatap saya dan memohon saya untuk tidak memikirkan tentang bunuh diri. Dia memerlukan saya untuk tetap hidup, untuk tetap jadi Christy yang menyenangkan yang dia selalu lihat setiap hari, untuk jadi Christy yang menyelamatkan orang lain dari pemikiran bunuh diri.
Sisa luka yang tidak seberapa itu, menjadi tanda percobaan bunuh diri pertama saya yang gagal. Dan saya mencoba untuk tidak bangga soal itu.
Teman saya yang baik ini sekarang sudah balik ke kampung, tidak pernah didengar kabarnya lagi. Tapi menjadi salah satu kenangan bodoh yang baik untuk terus diingat.





Percobaan pembunuhan diri lagi terjadi tanggal 25Agustus 2016.
Tidak sampai 9bulan. Saya memutuskan untuk mengakhiri hidup saya lagi lewat minum obat secara random. Obat apapun yang ada di kotak obat saya.
Hari-hari sebelum tanggal 25 August 2016, di-isi dengan kurangnya rasa percaya diri dengan bagaimana saya melanjutkan hidup. Tidak punya pekerjaan, dan tidak punya teman untuk berbagi. Saya makan kerupuk dengan kecap manis setiap hari. Nasi 4ribu dibagi siang-malam.
Kegagalan dari ambisi yang saya punya membuat saya jadi sangat frustasi, kemampuan-kemampuan yang saya banggakan selama ini hilang. Saya seperti lumpuh. Bergerak tidak jelas.
Menjual handphone saya, menelpon ke Mama di Ende yang baru saja pulang dari Bali setelah kemoteraphy. Betapa egois dan serakah kali seorang Christy ini. Berpikir untuk menelan obat tidak berguna. Di kosan teman yang saya tempati, saya mencoba untuk meminum cairan obat nyamuk.
Dalam pikiran saya, saya sama sekali tidak berguna. Tidak bisa diandalkan, bukan seseorang yang gemilang waktu jaman sekolah. Saya adalah sampah.
Tapi, itu tidak terjadi sekali lagi, karena saya mendengar sesuatu, kucing. Yap. Kucing dari pemilik kos sebelah yang menjatuhkan sapu. Tidak tahu kenapa juga saya bangun dari duduk saya, dan melihat apa yang sudah kucing itu jatuhkan. Cuma sapu. Tapi dia masih disana.
Ekornya goyang pelan dan retina matanya tidak terbelah, ini malah membesar. Bulat dan cantik sekali.
Selama 5menit setelahnya, saya terus bermain dengan kucing ini,dan dengan ajaibnya lagi saya melupakan keinginan saya untuk bunuh diri. Karna setelah kucing itu pergi. Ada telpon dari Mama yang bilang dia ingin mengirimkan uang, juga petuah semangat bahwa cobaan yang ada sekarang ini tidak sebanding dengan kankernya Mama.
Tidak sebanding. Tidak ada sedikitpun menyentuh sakit dan kalut dari Cancer Survivor. Saya menang, karna ada Mama.

Dari sini, saya tidak bisa menyangkal bahwa saya masih dicintai, meski isi dari kepala saya selalu mengatakan tidak ada yang benar-benar peduli dan mencintai saya.

Masalahmu bisa diselesaikan, bunuh diri bukan jawaban.
Bukan soal saya memintamu bersyukur, ingat orang tua atau pikirkan orang-orang yang mencintaimu.
Pada dasarnya, kebanyakan alasan bunuh diri adalah dari rasa kecewa akibat ekspektasi berlebihan yang diharapkan.

Sama seperti jatuh,
Sama seperti bangkit.
Ada alasan yang bisa kamu temukan, dan jika itu bisa membuatmu tenang. Keep do it.
We are strong enough to survived til’ now for our own self thoughts to killed ourself.

By the way,
Call your friends, talk with your parents..
Write, Paint, Dance, Running, Workout, or go out Travelling, mungkin Piknik.

Mungkin, ini terkesan klise.
Sangat klise. Tapi, mati hari ini tidak membuatmu terlihat baik dimata siapapun, bahkan dimata Tuhan.

Saya bahkan akan sering nyinyir ke diri saya sendiri ketika hal ini terjadi.
Dan ini salah satu alasan kenapa saya tidak ingin melakukannya lagi adalah diri saya sendiri yang sangat tidak bisa ditolerir.

Merdeka. Untuk kebebasan terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar