#1MugBeras

Peduli Rokatenda

Sabtu, 24 Agustus 2019

Kepala di atas awan - puisi


Aku sakit,
Kodratku sebagai perempuan mengambil peran besar untuk beberapa hari kedepan.
Kalau-kalau saja aku mudah marah. Tolong dimaafkan.

Aku harus menerima sakit,
Mataku sendu dan nafasku turun naik satu-satu.
Terbatuk-batuk di jalan, mencoba menutupi semua ghibah dengan tangan.

Aku memang sakit,
Aku sudah mengirimkan kode ingin tidur di pelukan pacar, semalam suntuk sampai pagi.
You know i always do. Gelisahnya hatiku.
Senyum. Kasih satu pipi.
Satu kanan. Satu kiri.

Aku tidak mau sakit,
Menangis karena mengingat bercanda tentang gelas-gelas di ruang riuh berciuman sedangkan aku sendirian.

Aku tidak mau jadi manja.
Nazarku. Aku tidak ingin menjadi beban.
Kalau bisa mati, semoga saudara-saudariku tidak dikejar oleh hutang duniawi. Karena aku tidak ingin di maki di atas kuburanku yang masih basah wangi melati.

Aku tidak mau terlihat bodoh.
Dengan gagahnya menggelegar, kegagalanku sebagai pejuang diatas rencana sebagai tolak ukur seorang Paula. Pikirku.

Aku bisa saja sedih terus, lalu orang-orang disekitarku menyalahkan kenapa mereka tidak bisa menjagaku tetap bahagia. Padahal masalahnya ada dalam diri, dalam jiwa raga.
Aku tidak bisa terus menulis. 
Tidak ada yang pernah benar membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar