Marlina.
apa kita perlu sebuah film tentang mempertahankan rasa tidak aman kita sebagai perempuan? tidak kita tidak perlu itu, sungguh.
selama ini. selama saya tinggal di Bali,
saya tidak pernah melihat Antusias teman - teman kerja untuk nonton film Indonesia, kecuali film itu ada aktor tampan, atau kalau ada cameo bintang besar.
saya sendiri juga pernah ada di posisi mereka. meragukan kualitas perfilman indonesia, karna yang hadir selalu saja 'gantung' dan 'tidak ada isi'.
tapi, sudah mulai setahun kebelakang. saya terus menantikan film indonesia,
saya masukan dalam benak baik - baik.
bahwa rasa bukan kritikus makanan. yang tidak tahu masak. lantas tahu rasa yang enak itu seperti itu apa. saya lupa kalau seorang kritikus makanan sekalipun mereka bisa buat sarapan mereka yang sangat simpel. dan itu makanan.
saya, dengan sangat egois bilang bahwa film Indonesia itu jelek - jelek. ceritanya menyedihkan, tidak ada yang bisa menjual selain ketampanan dan darah blasteran aktor aktrisnya. itu saja
Marlina.
Si Pembunuh 4 Babak.
saya akan membahas 4 Hal yang saya tanam di hati dan saya bawa pulang ke alam mimpi setelahnya, kecuali bagian pacar saya meremas tangan saya ketika dia terus saja berdecak kagum dengan keindahan Pulau Sumba, dan bertanya apa pacarnya yang dari NTT ini pernah kesana.
tidak sayang,
saya juga menikmati Pulau Sumba dalam Film Marlina ini sama seperti kamu.
Pertama, Marlina.
Marsha Timothy jelas - jelas terdengar seperti teman SMA saya yang datang dari Sumba. namanya Merlin. benar - benar persis. saya kadang harus terdiam. karena dalam hati meruntuk. '' SHIT, DAMN YOU MARSHA. YOU LOOK AMAZING. ''
Dimana keindahan Marsha itu berasal dari Bibir Kering dan kulit Sawo Matang seperti seharian berjemur di Ternak Kuda hasil Masuk Minta dapat Belis yang wow dari Suaminya yang sudah mati.
Cara Marlina memegang Parang besar punya Markus, Logat Marlina mungkin kurang berhasil.
tapi indah sekali. setidaknya Marsha lebih baik daripada saya yang jelas - jelas tidak bisa berbahasa Daerah. Itu Gila.
Cara Marlina mencintai nyawa Topan dan Suaminya adalah yang saya puja - puja, dan juga cara Marlina mematikan kesempatan Markus dan Pria - Pria itu membuat saya takjub. saya tidak ingin mencoba. tapi jangan Christy. jangan kamu minta digoda Pria haus selangkangan.
Cara Marlina tidak peduli bahwa laki - laki di Timur itu baik, mereka selalu benar. mereka selalu punya wewenang tidak hanya diatas kamu bisa bangun rumah, tapi juga diatas Tubuhmu.
Oh Wanita,
tidak akan yang namanya bercinta itu salah, dengan syarat.
kamu tidak menolak untuk dinikmati, dan kamu menyetujui semesta menepukmu lewat cara kerjanya sendiri. dan ini cara kerja Marlina karna ia tidak ingin diperkosa.
dengan menunjukan kepala yang ia tebas, setidaknya dipamerkan secara tidak senjaga sepanjang Padang Savana menuju Kantor Polisi Kota Sumba.
saya jatuh cinta dengan Marlina, dan Marsha di dalamnya.
Kedua.
Mayat di ruang tengah rumah Marlina.
Nyata. dan Gilaaaaaaaa...
tidak dapat dipercaya. tidak dapat dipercaya. rasa - rasanya saya seperti dibawa ke pengalaman mengkhawatirkan,
bagaimana mungkin saya ingin jadi batang pohon waktu drama SMA, bukan Tuan Puteri. saat itu pasti saya menolak.
tapi menjadi Mayat di ruang tengah Marlina adalah salah satu hal yang akan saya lakukan jika diberi kesempatan.
Mayat itu adalah Saksi Mati. dalam bentuk harafiah.
bagaimana Marlina memeluknya, bagaimana Marlina membuat rasa patah hati dan kehilangannya begitu nyata. pemeran mayat itu perlu dapat traktiran semangkuk besar bakso pedas. karna aktingnya yang luar biasa. siapapun kamu.
aku jatuh cinta.
Ketiga,
Adegan Mama yang menghantarkan 2 Kuda untuk keponakannya yang mau menikah.
aku teringat keluarga.
mungkin itulah Indonesia, untuk menjemput calon anggota keluarga baru.
mereka akan membuang rasa ingin tahu dan tetap berjalan bersama kamu.
mereka akan senantiasa mendukung kamu, dan tetap saja.
Mama ini pemenang juga. Perempuan memang terlahir seperti itu ya Mama? tanpa rasa takut? penuh dengan rasa penasaran, teguh dan kuat? apalagi kalau semakin tua, semakin menjadi katanya.
haha. mamatua oh mamatua.
Keempat
senandung sumba, sepanjang lagu ini dinyanyikan Franz. ada sihir. iya sihir.
saya dan pacar saya menjadi gila. kami tergila - gila dengan lirik dan mistis dalam lagu yang dinyanyikan Franz,
disini, saya memutuskan untuk mencari lagu tersebut di gugel. pacar saya tertawa.
kita berdua benar gila. semoga kami menemukan lagu itu dan artinya.
sangat gila. semoga siapa saja yang duduk nonton Marlina merasakan cinta dan kegilaan sama seperti yang saya rasakan.
-----
Oh iya,
sebagai seorang yang tidak tahu apa.
saya ingin meminta maaf kepada siapapun yang sudah menonton Marlina dan berbeda pendapat dengan saya disini.
Film Marlina ini film yang luar biasa, sangat luar biasa.
tapi ada beberapa bagian editing yang terkesan dihambur - hamburkan. pemandangan pulau sumba yang bisa dibilang memang menjual membuat saya merasa panas di dalam bioskop, grading yang kuat dan pengambilan gambar terhadap karakter kurang memuaskan. membuat saya sedikit tidaknya jadi hanya ingin mendengar dialog, bukan dalam keheningan dan menonton pemandangan sumba yang dibuang percuma.
tapi, setelah saya mengingat ini adalah karya Mouly Surya.
saya merasakan bahwa inilah Ciri Khas dari Mouly. Tenang, Hening dan Tembak ke Cerita inti.
Khas perempuan berprinsip yang gagah tampilannya.
Terima Kasih Mbak Mouly, yang mengambarkan semua hening itu setidaknya bisa berbicara, apalagi tentang Isu perempuan di Indonesia. yang sekenanya jadi korban lelaki gila. semoga kita belajar dari sana.
Terima Kasih.
semoga tidak gila sama dengan saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar