Lelaki ku itu hebat.
Dia tidak memakiku karna menciumi leher pria lain. Atau memeluk Jiwa lain karna ia ingin damai dalam tidurnya.
Dia tidak ingin berurusan dengan masalah siapa yang aku tiduri malam ini.
Dia bilang. 'Dia Percaya Padaku.'
Aku bilang. 'Aku Tidak Percaya Siapapun.'
Adalah kenikmatan yang ditawarkan dari perjalanan penuh kehangatan menuju riak ramai orang-orang.
Mengabadikan musik dalam roll roll film habis memori kuota kita.
Aku dan Lelaki ku yang lain.
Adalah sendu yang mengganggu ketika kuketuk pintu kamarnya setelah memeluk dan menciumi bahu Lelaki lain dalam perjalanan pulang dan Lelaki ku masih menerimaku dalam lengannya.
Tidak ada apresiasi pasti setelah Lelaki ku bercerita tentang kehidupannya yang klasik. Mandi. Minum Kopi. Dan perasaan hendak matinya.
Aku bosan dengan cerita kalau Lelakiku membosankan.
Aku ingin cari baru.
Tapi kata sikut hitamku. Cukup saja Tiga.
Jangan ditambah lagi. Nanti aku tergeletak dan bisa mati patah hati.
Tidak sikutku. Lelaki ku telah terbiasa ku tipu. Jika karma menyentuh tulang belakangku. Itu balasanku. Aku tidak apa.
Bosan aku.
Tapi,
Ini adalah yang ingin kutanyakan.
Lelaki ku adalah orang baik yang tetap menerimaku setelah bibir dan pinggulku habis oleh lelaki yang lebih baik, ada apa ini?!
Dia ingin damai atau dia ingin aku pergi hanya lupa untuk membuatku bisa menerima semua permisi tanpa sakit lagi?
Tolong jawab aku,
Aku ingin bosan dan Damai lelaki ku terjawab setelah puisi ini aku sebarkan sebagai hina dalam ladang badanku.
Dia tidak memakiku karna menciumi leher pria lain. Atau memeluk Jiwa lain karna ia ingin damai dalam tidurnya.
Dia tidak ingin berurusan dengan masalah siapa yang aku tiduri malam ini.
Dia bilang. 'Dia Percaya Padaku.'
Aku bilang. 'Aku Tidak Percaya Siapapun.'
Adalah kenikmatan yang ditawarkan dari perjalanan penuh kehangatan menuju riak ramai orang-orang.
Mengabadikan musik dalam roll roll film habis memori kuota kita.
Aku dan Lelaki ku yang lain.
Adalah sendu yang mengganggu ketika kuketuk pintu kamarnya setelah memeluk dan menciumi bahu Lelaki lain dalam perjalanan pulang dan Lelaki ku masih menerimaku dalam lengannya.
Tidak ada apresiasi pasti setelah Lelaki ku bercerita tentang kehidupannya yang klasik. Mandi. Minum Kopi. Dan perasaan hendak matinya.
Aku bosan dengan cerita kalau Lelakiku membosankan.
Aku ingin cari baru.
Tapi kata sikut hitamku. Cukup saja Tiga.
Jangan ditambah lagi. Nanti aku tergeletak dan bisa mati patah hati.
Tidak sikutku. Lelaki ku telah terbiasa ku tipu. Jika karma menyentuh tulang belakangku. Itu balasanku. Aku tidak apa.
Bosan aku.
Tapi,
Ini adalah yang ingin kutanyakan.
Lelaki ku adalah orang baik yang tetap menerimaku setelah bibir dan pinggulku habis oleh lelaki yang lebih baik, ada apa ini?!
Dia ingin damai atau dia ingin aku pergi hanya lupa untuk membuatku bisa menerima semua permisi tanpa sakit lagi?
Tolong jawab aku,
Aku ingin bosan dan Damai lelaki ku terjawab setelah puisi ini aku sebarkan sebagai hina dalam ladang badanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar